LOKANANTA, sebuah studio rekaman yang
berdiri pada tanggal 29 Oktober 1956. LOKANANTA berarti gamelan di kahyangan
yang berbunyi tanpa penabuh. Pada awal berdirinya, LOKANANTA adalah sebuah Unit Pelaksana Tehnik Jawatan RRI yang
berfungsi untuk merekam dan memproduksi atau menggandakan piringan hitam untuk
bahan siaran 27 Studio RRI di seluruh Indonesia, sebagai Transcription
Service (NON KOMERSIAL). Namun, pada tanggal 1 April 1959 berdasarkan atas
keputusan Mentri Penerangan Republik Indonesia LOKANANTA bukan hanya berfunsi
sebagai Transcription siaran RRI tetapi juga mengadakan kegiatan
komersial seperti penjualan piringan hitam untuk umum.
Pada tahun 1961, berdasarkan atas
Peraturan Pemerintah No. 215 tahun 1961 status LOKANANTA resmi menjadi
Perusahan Negara yang pada awalnya status LOKANANTA hanyalah sebagai sebuah
jawatan RRI. Sejak tahun 2004, LOKANANTA mulai bergabung dengan Perum
Percetakan Negara Republik Indonesia (Perum PNRI), meskipun begitu tugas LOKANANTA
tetaplah bergerak di bidang usaha rekaman, pengadaan kaset audio dan CD. Hingga
detik ini sudah tidak terhitung lagi berapa banyak rekaman-rekaman yang telah
dihasilkan oleh LOKANANTA.
Berbicara soal musik sepertinya tidak
lengkap jika kita tidak mengaitkannya dengan LOKANANTA. Kontribusi LOKANANTA dalam dunia
musik Indonesia sungguh sangat besar dan tidak bisa kita lupakan. Sejak awal
berdiri hingga detik ini sudah banyak karya musik dalam berbagai genre yang
telah diproduksi oleh LOKANANTA. Selain itu juga telah banyak penyanyi-penyanyi
nasional atau penyanyi terkenal yang telah mempercayakan LOKANANTA sebagai studio
rekaman tempat mereka memproduksi album maupun single terbaru. LOKANANTA
menjadi salah satu studio rekaman terbaik dengan peralatan-peralatan yang
mumpuni serta lokasi rekaman yang cukup tepat untuk menghasilkan sebuah masterpiece
dengan harga yang terjangkau dan bisa dibilang cukup murah dibanding studio
rekaman lain.
LOKANANTA butuh perhatian khusus
LOKANANTA yang kini tidaklah seperti LOKANANTA yang jaya
pada masa-masa sebelumnya. Sejak bergabung dengan Perum PNRI nasib LOKANANTA
menjadi semakin tidak terurus. Bahkan hal yang cukup membuat saya miris adalah
ketika para pengurus menceritakan bahwa gedung yang telah berjasa tersebut
sempat tutup beberapa waktu karena ketiadaan dana operasional yang mengharuskan
LOKANANTA ditutup dan tidak beroperasi sama sekali. Kekosongan tersebut tentu
saja berdampak pada gedung LOKANANTA itu
sendiri, untungnya ada bantuan dana dari pemerintah yang bisa menyelamatkan nasib
gedung yang tidak bisa dihitung lagi
besarnya jasa yang telah diberikannya kepada negri ini.
Kontribusi yang patut untuk kita
apresiasi adalah usaha LOKANANTA dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang
sempat melanda Indonesia ketika salah satu lagu daerah Indonesia diakui oleh
negara tetangga. Seluruh arsip lagu-lagu daerah dari Sabang hingga Merauke yang
disimpan dengan sangat baik oleh LOKANANTA saat itu berhasil membuktikan bahwa
lagu Apuse adalah benar-benar milik kebudayaan Indonesia, dan akhirnya negara
lain pun mengakui itu. Bukan hanya itu, LOKANANTA pun telah berkontribusi
banyak dalam menyimpan sejarah kemerdekaan negri ini lewat master proklamasi
yang sampai saat ini masih tersimpan dengan baik di LOKANANTA.
Sayangnya kontribusi itu tidak
terbalas dengan perlakuan yang baik, LOKANANTA tidak mendapatkan perhatian
khusus dari pemerintah sehingga sumber dana yang bisa diharapkan agar LOKANANTA
tetap berfungsi adalah betul-betul dari hasil penjualan kaset dan rekaman,
bahkan seperti yang disebutkan dalam sebuah situs berita online bahwa beberapa
koleksi pun dijual secara terpaksa kepada kolektor untuk biaya operasional
LOKANANTA. Padahal untuk menjaga dan merawat puluhan ribu piringan hitam dan
ribuan kaset serta pita rekaman yang menyimpan banyak sejarah itu membutuhkan
biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Namun berkat uluran tangan dari banyak
pihak serta kegigihan para pengurusnya akhirnya hingga detik ini LOKANANTA
tetap berdiri dengan kokoh di Jln. Ahmad
Yani 379, Solo, Jawa Tengah.
Nasib LOKANANTA kini sudah mulai membaik
dari keadaan yang sebelumnya. Para pengurus pun menuturkan bahwa sejak Glen
Fredly getol mengampanyekan LOKANANTA kepada masyarakat, nasib LOKANANTA pun
semakin hari semakin baik. Banyak penyanyi-penyanyi yang datang dan hendak
menikmati atmosfer yang berbeda yang disajikan oleh studio rekaman LOKANANTA. Selain
Glen Fredly juga ada penyanyi-penyanyi lain seperti grup musik White Shoes and
The Couples Company yang juga merekam ulang lagu-lagu mereka untuk mengenalkan
kembali kepada generasi muda Indonesia agar peduli dengan Lokananta. Selain itu
juga banyak kunjungan dari masyarakat yang merasa tergerak dan peduli akan
nasib studio rekaman tertua yang menyimpan banyak sejarah ini.
Kesan saat berkunjung ke gudangnya musik Indonesia
Sejak pertama kali sampai di
LOKANANTA yang ada dalam benak saya adalah saya seperti balik ke era 60 atau
70-an, mengapa begitu? Karena atmosfer LOKANANTA seperti membawa kita untuk
mencoba menikmati suasana lama atau bisa dibilang suasana ketika kakek dan
nenek kita masih muda dulu, suasana itu
semakin dikuatkan lewat tembang Remadja Bahana yang diputarkan dengan piringan
hitam yang semakin membuat pengunjung terpukau karena takjub dengan benda antik
yang detik ini mungkin sulit untuk menemukannya, namun di LOKANANTA barang
antik tersebut masih terjaga dan berfungsi dengan baik.
Setelah puas mendengarkan tembang
lawas yang cukup menarik itu, saya berkeliling ke museum LOKANANTA. Sungguh
menakjubkan, LOKANANTA masih menyimpan peralatan-peralatan kuno yang berkaitan
dengan rekaman seperti Quality Control tahun 1980, Mesin pemotong
pita tahun 1980, Pengganda kaset tahun 1980, Pemutar
piringan hitam tahun 1970, Speaker Control tahun 1960,
dan masih banyak peralatan lainnya yang masih tersimpan dengan sangat baik, dan
ada beberapa di antaranya yang masih berada dalam kondisi baik. Selain itu,
yang membuat saya tertarik adalah pendingin ruangan (AC) yang terpaku di
dinding ruang mastering yang masih mempertahankan AC lama yang
kondisinya masih sangat baik dan cukup dingin.
Penjelajahan saya berakhir di sebuah
ruangan yang amat besar yaitu ruang rekaman. Pantas saja Glen Fredly
menjatuhkan pilihannya kepada LOKANANTA sebagai studio rekaman yang akan
melahirkan album terbarunya. Atmosfer yang disajikan oleh studio rekaman itu
benar-benar membuat siapa saja yang masuk ke dalamnya jatuh hati dan takjub
ternyata Indonesia mempunyai studio rekaman seperti LOKANANTA ini. Ornamen
ruangan yang unik tetapi dibalik itu semua ada kegunaan yang berkaitan dengan
kualitas rekaman, seperti langit-langit yang berbentuk lingkaran, persegi, dan
lainnya yang bertujuan agar suara tidak
memantul saat proses rekaman. Meskipun hanya sesaat berada di sana, tetapi saya
sudah bisa merasakan mengapa Glen Fredly dan musisi lainnya begitu getol
memperkenalkan LOKANANTA ke masyarakat luas.
LOKANANTA adalah salah satu aset Indonesia yang berharga, menyimpan begitu banyak sejarah, dan patut untuk kita jaga keberadaannya. Jangan sampai gedung bersejarah ini runtuh karena ketiadaan dana. Jangan sampai aset-aset berharga dijual satu per satu kepada para kolektor untuk tetap beroperasi dan memberi sesuap nasi untuk para pengurus setianya. LOKANANTA harus menjadi salah satu aset negara yang harus terus dijaga dan didukung dengan bantuan dana dari pemerintah dan orang-orang yang peduli agar terus produktif untuk berkontribusi dalam musik Indonesia. #savelokananta
LOKANANTA adalah salah satu aset Indonesia yang berharga, menyimpan begitu banyak sejarah, dan patut untuk kita jaga keberadaannya. Jangan sampai gedung bersejarah ini runtuh karena ketiadaan dana. Jangan sampai aset-aset berharga dijual satu per satu kepada para kolektor untuk tetap beroperasi dan memberi sesuap nasi untuk para pengurus setianya. LOKANANTA harus menjadi salah satu aset negara yang harus terus dijaga dan didukung dengan bantuan dana dari pemerintah dan orang-orang yang peduli agar terus produktif untuk berkontribusi dalam musik Indonesia. #savelokananta
Referensi
:
Blog LOKANANTA Solo. 2007.
LOKANANTA dalam http://lokanantasolo.blogspot.com/ diakses tanggal 24 Mei 2014.
Cicilia G, Maria. 2012.
Lokananta, Studio Rekaman Indonesia Pertama yang Terlupakan dalam http://music.okezone.com/read/2012/10/29/386/710463/lokananta-studio-pertama-indonesia-yang-terlupakan diakses tanggal 24 Mei 2014.
Sumber
lain : Materi “Sekilas Tentang LOKANANTA” yang diberikan oleh pengurus
LOKANANTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar