Minggu, 25 Mei 2014

Menjelajahi Warisan Budaya yang Terlupakan

            Alhamdulillah, satu kata yang pertama kali terucap ketika kunjungan itu akhirnya terealisasikan juga. Hari itu, tepatnya pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014, kami seluruh mahasiswa komunikasi 2013 diberi kesempatan untuk bisa berkunjung ke tempat yang penuh dengan sejarah dan cerita lama yang sempat ditelan oleh waktu. Ya, tempat itu tidak lain adalah LOKANANTA, sebuah studio rekaman tua yang berdiri kokoh di Solo yang sarat akan budaya dan peristiwa penting yang seharusnya tidak boleh dilupakan.
LOKANANTA, sebuah studio rekaman yang berdiri pada tanggal 29 Oktober 1956. LOKANANTA berarti gamelan di kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh. Pada awal berdirinya, LOKANANTA adalah sebuah  Unit Pelaksana Tehnik Jawatan RRI yang berfungsi untuk merekam dan memproduksi atau menggandakan piringan hitam untuk bahan siaran 27 Studio RRI di seluruh Indonesia, sebagai Transcription Service (NON KOMERSIAL). Namun, pada tanggal 1 April 1959 berdasarkan atas keputusan Mentri Penerangan Republik Indonesia LOKANANTA bukan hanya berfunsi sebagai Transcription siaran RRI tetapi juga mengadakan kegiatan komersial seperti penjualan piringan hitam untuk umum.
Pada tahun 1961, berdasarkan atas Peraturan Pemerintah No. 215 tahun 1961 status LOKANANTA resmi menjadi Perusahan Negara yang pada awalnya status LOKANANTA hanyalah sebagai sebuah jawatan RRI. Sejak tahun 2004, LOKANANTA mulai bergabung dengan Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (Perum PNRI), meskipun begitu tugas LOKANANTA tetaplah bergerak di bidang usaha rekaman, pengadaan kaset audio dan CD. Hingga detik ini sudah tidak terhitung lagi berapa banyak rekaman-rekaman yang telah dihasilkan oleh LOKANANTA.
Berbicara soal musik sepertinya tidak lengkap jika kita tidak mengaitkannya dengan  LOKANANTA. Kontribusi LOKANANTA dalam dunia musik Indonesia sungguh sangat besar dan tidak bisa kita lupakan. Sejak awal berdiri hingga detik ini sudah banyak karya musik dalam berbagai genre yang telah diproduksi oleh LOKANANTA. Selain itu juga telah banyak penyanyi-penyanyi nasional atau penyanyi terkenal yang telah mempercayakan LOKANANTA sebagai studio rekaman tempat mereka memproduksi album maupun single terbaru. LOKANANTA menjadi salah satu studio rekaman terbaik dengan peralatan-peralatan yang mumpuni serta lokasi rekaman yang cukup tepat untuk menghasilkan sebuah masterpiece dengan harga yang terjangkau dan bisa dibilang cukup murah dibanding studio rekaman lain.

LOKANANTA butuh perhatian khusus
          LOKANANTA yang kini tidaklah seperti LOKANANTA yang jaya pada masa-masa sebelumnya. Sejak bergabung dengan Perum PNRI nasib LOKANANTA menjadi semakin tidak terurus. Bahkan hal yang cukup membuat saya miris adalah ketika para pengurus menceritakan bahwa gedung yang telah berjasa tersebut sempat tutup beberapa waktu karena ketiadaan dana operasional yang mengharuskan LOKANANTA ditutup dan tidak beroperasi sama sekali. Kekosongan tersebut tentu saja berdampak pada gedung LOKANANTA  itu sendiri, untungnya ada bantuan dana dari pemerintah yang bisa menyelamatkan nasib gedung yang  tidak bisa dihitung lagi besarnya jasa yang telah diberikannya kepada negri ini.
            Kontribusi yang patut untuk kita apresiasi adalah usaha LOKANANTA dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang sempat melanda Indonesia ketika salah satu lagu daerah Indonesia diakui oleh negara tetangga. Seluruh arsip lagu-lagu daerah dari Sabang hingga Merauke yang disimpan dengan sangat baik oleh LOKANANTA saat itu berhasil membuktikan bahwa lagu Apuse adalah benar-benar milik kebudayaan Indonesia, dan akhirnya negara lain pun mengakui itu. Bukan hanya itu, LOKANANTA pun telah berkontribusi banyak dalam menyimpan sejarah kemerdekaan negri ini lewat master proklamasi yang sampai saat ini masih tersimpan dengan baik di LOKANANTA.
            Sayangnya kontribusi itu tidak terbalas dengan perlakuan yang baik, LOKANANTA tidak mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah sehingga sumber dana yang bisa diharapkan agar LOKANANTA tetap berfungsi adalah betul-betul dari hasil penjualan kaset dan rekaman, bahkan seperti yang disebutkan dalam sebuah situs berita online bahwa beberapa koleksi pun dijual secara terpaksa kepada kolektor untuk biaya operasional LOKANANTA. Padahal untuk menjaga dan merawat puluhan ribu piringan hitam dan ribuan kaset serta pita rekaman yang menyimpan banyak sejarah itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Namun berkat uluran tangan dari banyak pihak serta kegigihan para pengurusnya akhirnya hingga detik ini LOKANANTA tetap berdiri dengan kokoh di  Jln. Ahmad Yani 379, Solo, Jawa Tengah.  
Nasib LOKANANTA kini sudah mulai membaik dari keadaan yang sebelumnya. Para pengurus pun menuturkan bahwa sejak Glen Fredly getol mengampanyekan LOKANANTA kepada masyarakat, nasib LOKANANTA pun semakin hari semakin baik. Banyak penyanyi-penyanyi yang datang dan hendak menikmati atmosfer yang berbeda yang disajikan oleh studio rekaman LOKANANTA. Selain Glen Fredly juga ada penyanyi-penyanyi lain seperti grup musik White Shoes and The Couples Company yang juga merekam ulang lagu-lagu mereka untuk mengenalkan kembali kepada generasi muda Indonesia agar peduli dengan Lokananta. Selain itu juga banyak kunjungan dari masyarakat yang merasa tergerak dan peduli akan nasib studio rekaman tertua yang menyimpan banyak sejarah ini.

Kesan saat berkunjung ke gudangnya musik Indonesia
            Sejak pertama kali sampai di LOKANANTA yang ada dalam benak saya adalah saya seperti balik ke era 60 atau 70-an, mengapa begitu? Karena atmosfer LOKANANTA seperti membawa kita untuk mencoba menikmati suasana lama atau bisa dibilang suasana ketika kakek dan nenek kita masih muda dulu,  suasana itu semakin dikuatkan lewat tembang Remadja Bahana yang diputarkan dengan piringan hitam yang semakin membuat pengunjung terpukau karena takjub dengan benda antik yang detik ini mungkin sulit untuk menemukannya, namun di LOKANANTA barang antik tersebut masih terjaga dan berfungsi dengan baik.
            Setelah puas mendengarkan tembang lawas yang cukup menarik itu, saya berkeliling ke museum LOKANANTA. Sungguh menakjubkan, LOKANANTA masih menyimpan peralatan-peralatan kuno yang berkaitan dengan rekaman seperti Quality Control tahun 1980, Mesin pemotong pita tahun 1980, Pengganda kaset tahun 1980, Pemutar piringan hitam tahun 1970, Speaker Control tahun 1960, dan masih banyak peralatan lainnya yang masih tersimpan dengan sangat baik, dan ada beberapa di antaranya yang masih berada dalam kondisi baik. Selain itu, yang membuat saya tertarik adalah pendingin ruangan (AC) yang terpaku di dinding ruang mastering yang masih mempertahankan AC lama yang kondisinya masih sangat baik dan cukup dingin.
            Penjelajahan saya berakhir di sebuah ruangan yang amat besar yaitu ruang rekaman. Pantas saja Glen Fredly menjatuhkan pilihannya kepada LOKANANTA sebagai studio rekaman yang akan melahirkan album terbarunya. Atmosfer yang disajikan oleh studio rekaman itu benar-benar membuat siapa saja yang masuk ke dalamnya jatuh hati dan takjub ternyata Indonesia mempunyai studio rekaman seperti LOKANANTA ini. Ornamen ruangan yang unik tetapi dibalik itu semua ada kegunaan yang berkaitan dengan kualitas rekaman, seperti langit-langit yang berbentuk lingkaran, persegi, dan lainnya yang  bertujuan agar suara tidak memantul saat proses rekaman. Meskipun hanya sesaat berada di sana, tetapi saya sudah bisa merasakan mengapa Glen Fredly dan musisi lainnya begitu getol memperkenalkan LOKANANTA ke masyarakat luas. 
          LOKANANTA adalah salah satu aset Indonesia yang berharga, menyimpan begitu banyak sejarah, dan patut untuk kita jaga keberadaannya. Jangan sampai gedung bersejarah ini runtuh karena ketiadaan dana. Jangan sampai aset-aset berharga dijual satu per satu kepada para kolektor untuk tetap beroperasi dan memberi sesuap nasi untuk para pengurus setianya. LOKANANTA harus menjadi salah satu aset negara yang harus terus dijaga dan didukung dengan bantuan dana dari pemerintah dan orang-orang yang peduli agar terus produktif untuk berkontribusi dalam musik Indonesia.  #savelokananta

             
Referensi :
Blog LOKANANTA Solo. 2007. LOKANANTA dalam http://lokanantasolo.blogspot.com/ diakses tanggal 24 Mei 2014.
Cicilia G, Maria. 2012. Lokananta, Studio Rekaman Indonesia Pertama yang Terlupakan dalam http://music.okezone.com/read/2012/10/29/386/710463/lokananta-studio-pertama-indonesia-yang-terlupakan diakses tanggal 24 Mei 2014.
Sumber lain : Materi “Sekilas Tentang LOKANANTA” yang diberikan oleh pengurus LOKANANTA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar